Foto: Indibiz
Persaingan dan tantangan bagi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) kian berat, sehingga setiap pelaku usaha perlu beradaptasi dengan kondisi saat ini, terutama di dunia digital, yang bila jeli, dapat dimanfaatkan untuk membaca peluang.
Dari sekian banyak pelaku UMKM di Indonesia, Whiteblue Leather adalah salah satu yang berhasil memanfaatkan dan mengarungi tiap gelombang perkembangan di industri digital. Kemampuan membaca peluang dan beradaptasi di tiap perubahan tren di dunia maya, menjadikan UMKM asal kota Pekalongan tersebut terus berkembang hingga saat ini.
Bergerak di industri yang cenderung niche yakni kerajinan berbahan baku kulit, Whiteblue Leather berhasil memanfaatkan setiap booming perubahan gaya berbelanja masyarakat. Terutama aktivitas belanja secara daring alias online.
Sejak pertama kali berdiri di tahun 2017 silam, Whiteblue Leather langsung menyasar metode pemasaran melalui kanal daring di platform marketplace. Menurut Maj’al Lubab sang pemilik usaha, tren bakar uang marketplace pada saat itu dimanfaatkan betul untuk mengenalkan produk Whiteblue Leather.
Langkah yang dipilih Maj’al terbukti berhasil, karena seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat Indonesia untuk berbelanja online melalui platform marketplace, jumlah pelanggan dan angka penjualan produk Whiteblue Leather pun turut meningkat.
Selain membuat akun di hampir semua platform marketplace yang ada di Indonesia untuk memperbesar peluang mendapatkan order lebih banyak, Whiteblue Leather juga menjajal platform jual-beli secara daring yang melayani transaksi antar negara.
“Kami juga pernah menikmati tren berjualan di platform Ebay. Jadi kami sempat beberapa kali mendapatkan pelanggan dari Amerika Serikat. Namun, saat ini kami belum lakukan penjualan melalui Ebay lagi, karena beberapa kali menghadapi kendala pengiriman. Solusi untuk kendala itu yang kami sedang pelajari saat ini,” ungkap Maj’al.
Maj’al mengaku, kemampuannya untuk menjelajah berbagai peluang di dunia maya, tidak lepas dari konsistensinya untuk terus menggali potensi dan peluang yang akan datang dari industri dagang elektronik.
Dia menyebutkan, setiap langkah dan strategi bisnis yang diambil oleh Whiteblue Leather, didasarkan pada riset mendalam yang telah lebih dulu dilakukannya. Salah satunya terkait riset mengenai karakter dan kebiasaan berbelanja dari segmen konsumennya.
“Setelah penjualan di marketplace lumayan stabil, saya masuk juga ke penjualan melalui media sosial, yakni melalui Facebook. Saya melihat berdasarkan karakter dan segmen pelanggan Whiteblue Leather, banyak yang menggunakan Facebook sebagai media sosialnya. Maka saya putuskan genjot promosi melalui Facebook Ads, dan Alhamdulilah, hasilnya signifikan sekali,” tambah Maj’al.
Maj’al menyebutkan, promosi melalui Facebook membuat Whiteblue Leather mampu menjangkau konsumen yang tidak terlalu gemar berbelanja melalui marketplace. Sebab, dia mengaku cukup banyak konsumen yang langsung menghubungi dirinya untuk membeli produknya setelah melihat promosi di media sosial.
Strategi yang diambil Maj’al tersebut membuat Whiteblue Leather memiliki dua kanal penjualan secara daring yakni melalui marketplace dan media sosial. Baginya, kedua kanal tersebut memiliki kontribusi yang signifikan bagi pertumbuhan bisnisnya yang hingga 2022 masih mengandalkan 100 persen penjualannya secara daring.
Keputusannya untuk mengoptimalkan segala peluang yang tersedia di dunia maya pun memberikan ‘jaring pengaman’ bagi Whiteblue Leather untuk tetap bertahan ketika pandemi Covid-19 melanda dunia.
Sebab, ketika banyak pelaku usaha harus mati-matian bertahan dari sentimen negatif pandemi Covid-19, Maj’al telah lebih dulu menuai buah dari usahanya menjelajah penjualan secara daring.
“Saat awal Pandemi Covid-19, jujur kami khawatir dan sempat kebingungan. Beruntungnya pandemi justru membuat masyarakat semakin gemar belanja online, dan beruntungnya pula kami sudah lebih dulu masuk dan mendalami industri online ini,” kata Maj’al.
Selain itu, Maj’al mengaku telah mendapatkan berbagai macam pelatihan dan pembinaan dalam hal digitalisasi usaha melalui Rumah BUMN Pekalongan.
Namun demikian, seiring maraknya langkah platform marketplace mengurangi anggaran untuk ‘bakar uang’, Maj’al mengaku dirinya harus memutar otak untuk tetap menjaga penjualan produk kerajinan yang diproduksinya.
Apalagi saat ini, dia mengaku para pelanggannya mulai menahan aktivitas berbelanjanya karena terpapar oleh fenomena perlambatan ekonomi dan terpengaruh isu resesi ekonomi.
Alhasil Maj’al saat ini tengah menjajal pola penjualan secara offline alias luring. Langkah itu dilakukannya melalui metode canvassing, yaitu menjalin kerja sama dengan sejumlah mitra di berbagai kota di luar Pekalongan.
“Tapi metode canvassing ini, sebenarnya juga setengahnya dilakukan secara digital. Karena saya melakukan riset tentang siapa saja mitra yang akan saya titipkan barang, dengan cara Googling, dan hasilnya juga Alhamdulilah sangat baik dan menjanjikan,” katanya.
Maj’al mengaku, memulai pola canvassing tersebut sejak Juli 2023. Dia berharap, metode penjualan secara luring tersebut dapat menambah saluran pemasaran produknya yang selama ini 100 persen dilakukan secara daring.
Namun demikian, upayanya menjajal saluran luring, tidak membuatnya lupa untuk terus mengeksplorasi kanal daring. Saat ini, Maj’al tengah mempelajari strategi berjualan secara live di berbagai platform. Sebab, dia melihat, metode penjualan melalui live shopping memiliki pangsa pasar tersendiri.
Untuk itu, Maj’al mengaku memilih menggunakan sejumlah produk layanan yang diberikan oleh Indibiz, sebuah ekosistem solusi digital usaha Indonesia yang meliputi kebutuhan pemasaran hingga finansial yang didukung internet andal dari PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM).
Salah satu layanan yang diberikan Indibiz adalah Omni Communications Assistant (OCA) yang memudahkan pelaku usaha untuk berkomunikasi dengan pelanggan dalam satu dashboard. Sehingga bisa lebih mudah menjangkau pelanggan secara digital.
“Bagi saya, prinsipnya seperti ombak. Ketika gelombangnya sedang naik, kita harus bisa mengikutinya. Namun ketika gelombangnya mulai turun, kita harus bisa melihat dan menyambut gelombang baru selanjutnya. Jangan sampai kita malah ikut terperosok ketika gelombang itu sudah turun,” tutup Maj’al.