Foto: Kaspersky
Perkembangan dunia digital membawa banyak sekali perubahan dalam hal administrasi, dimana kita tidak perlu lagi datang ke lokasi secara fisik untuk melakukan aktivitas pendaftaran dan kebutuhan administrasi perbankan, fintech, dsb, karena semua bisa dilakukan secara digital dari jarak jauh melalui aplikasi.
Layanan administrasi digital ini memiliki sejumlah persyaratan, salah satunya adalah mengharuskan kita untuk berswafoto (selfie) dengan kartu identitas, salah satunya adalah Kartu Tanda Penduduk atau KTP. Meski diklaim aman, namun tetap ada keraguan apakah foto yang kita kirimkan benar-benar dijaga dengan baik kerahasiaannya?
Permintaan selfie dengan KTP semakin umum untuk berbagai layanan daring. Bank, layanan penyewaan mobil, bahkan calon pemberi kerja atau pemilik kost, rumah kontrakan dan apartemen mungkin meminta foto semacam itu.
Maraknya berita soal kebocoran data tentunya menimbulkan kekhawatiran. Kita memiliki hak untuk menolak atau menerima permintaan tersebut, namun biasanya akan mendatangkan konsekuensi seperti tidak bisa mendaftar di aplikasi perbankan tertentu, mendaftar untuk layanan seperti berbagi mobil, atau mengajukan pinjaman.
Selain itu, seandainya bisa mendaftar tanpa mengirimkan foto selfie memegang KTP, aplikasi tersebut biasanya akan membatasi sejumlah fitur, misalnya tidak bisa melakukan transfer bank, tidak bisa menyewa mobil, atau tidak bisa melakukan pinjaman bank dsb.
Kita hampir tidak pernah tahu bagaimana perusahaan-perusahaan ini menyimpan dan memproses data kita, sehingga karaguan selalu tetap ada. Terlebih lagi, foto selfie dengan KTP adalah alat universal yang kerap digunakan oleh penjahat siber untuk melakukan kejahatan, atau biasa disebut pencurian identitas.
Menjawab keresahan akan keamanan data foto selfie memegang KTP yang kita kirimkan, aplikasi penyedia layanan keamanan Kaspersky menawarkan dua fitur yang bisa digunakan untuk mengetahui kebocoran data yaitu Data Leak Checker (Pemeriksa Kebocoran Data) dan Identity Theft Check (Pemeriksaan Pencurian Identitas).
Kedua fitur tersebut diklaim dapat secara otomatis mencari kebocoran data, lalu memberikan notifikasi jika ditemukan hal-hal yang dapat membahayakan keamanan data kita.
Berikut beberapa tips yang diberikan oleh pada ahli di Kaspersky, untuk mengurangi risiko pencurian data melalui foto selfie memegang KTP:
- Pelajari kebijakan privasi perusahaan: Sebelum mengirim swafoto dokumen, cari tahu semua tentang perusahaan tersebut. Periksa di mana dan oleh siapa data Anda akan diproses, berapa lama data tersebut akan disimpan, dan apakah perusahaan dapat memberikan informasi pelanggan kepada penegak hukum, pihak ketiga, atau bahkan ke negara lain.
- Selidiki riwayat kebocoran data perusahaan: Jika ada, apakah terjadi lebih dari satu kali? Informasi seperti apa yang bocor? Bagaimana perusahaan menanggapi pelanggaran tersebut? Kita dapat mengetahuinya menggunakan kueri penelusuran seperti Company_Name data leaks, atau Company_Name data breaches.
- Tambahkan watermark ke swafoto: Ini dapat dilakukan dengan mudah di smartphone menggunakan editor foto bawaan untuk melapisi teks semi-transparan, atau dengan menggunakan aplikasi watermark gratis. Dengan cara ini, meskipun foto tersebut bocor, akan jauh lebih sulit bagi penjahat siber untuk menggunakannya jika mendaftar ke layanan lain.
- Kirim foto melalui aplikasi atau situs web resmi: Jangan gunakan messenger atau email untuk mengirim swafoto dokumen.
- Hapus swafoto segera setelah mengirim: Jangan lupa untuk menghapus swafoto dari pesan (jika memungkinkan) dan dari folder 'Recently Deleted' di smartphone.
- Periksa riwayat kredit secara berkala: Untuk aplikasi fintech atau perbankan, tanyakan kepada bank untuk mengetahui cara mendapatkan pemberitahuan segera tentang perubahan pada riwayat kredit.
Selain cara-cara di atas, selalu pastikan untuk menggunakan perlindungan maksimal untuk semua perangkat yang kita gunakan untuk mengakses berbagai layanan perbankan, fintech, dan lainnya, baik itu smartphone, tablet, atau laptop.