Cloud publik beroperasi dalam sistem langganan pay-as-you-go, dan menawarkan layanan dasar komputasi dan penyimpanan dengan pendekatan one-size-fits-all. Hal yang tidak disadari oleh sebagian besar pelaku bisnis adalah layanan ini kerap kali datang dengan biaya tak terduga serta memiliki banyak risiko terkait.
Pada bulan Maret 2019, perusahaan teknologi berskala global terbesar di dunia sempat mengalami offline, perusahaan itu termasuk Facebook, Gmail, Google Drive, Instagram, dan WhatsApp. Pengguna Gmail melaporkan kesulitan dalam menyimpan draft email dan mengakses lampiran. Sedangkan, pengguna Google Drive mengalami masalah dalam mengunggah dan mengunduh file.
Kondisi offline ini merupakan sebuah pembelajaran bagi para pengguna dan pemilik bisnis, untuk menggarisbawahi resiko tidak terduga dari menyimpan data menggunakan cloud publik yang membuat para pengguna, juga entitas bisnis berada dalam situasi sulit .
Public Cloud vs Private Cloud
Saat cloud publik tidak berfungsi, penyedia layanan tidak menawarkan restorasi data walaupun sesungguhnya hampir semua penyedia layanan cloud memiliki data cadangan internal pelanggan. Banyak layanan yang memberikan opsi bagi pengguna untuk mencadangkan data mereka dari perangkat ke cloud, tetapi tidak dari cloud. Setelah memahami potensi risiko menyimpan data pada platform SaaS, saatnya pengguna mempertimbangkan satu lagi langkah perlindungan ekstra.
Untuk mengurangi risiko dan meningkatkan kinerja, para pelaku bisnis perlu mempertimbangkan menggunakan private cloud untuk pencadangan data yang terintegrasi dengan layanan solusi manajemen data lainnya, seperti perangkat Network Attached Storage (NAS) yang menyediakan penyimpanan data, serta akses untuk multi users, bahkan menyediakan solusi pencadangan data bebas lisensi pada platform SaaS.
Laporan dari Lloyd’s of London memaparkan bahwa down time dari raksasa teknologi global seperti Microsoft, Google, atau AWS dapat mengakibatkan kerugian sebesar USD 19 miliar. Apalagi untuk bisnis yang mengandalkan penyimpanan awan (cloud storage) dan layanan software (software as a service, SaaS), tentu akan mendapatkan implikasi signifikan bagi bisnis dan para profesionalnya. Para pelaku bisnis perlu memperhitungkan biaya dibalik itu serta resiko apabila mengadopsi dan mengimplementasi layanan cloud publik.
Pengarsipan simpanan data dari cloud publik ke server fisik NAS juga membantu menjaga dokumen-dokumen penting yang secara legal perlu disimpan bertahun-tahun. Layanan cloud publik hanya menyediakan waktu terbatas untuk penyimpanan data, sehingga menyimpan data dalam jumlah besar di cloud publik akan memakan biaya besar seiring bertambahnya waktu.
Cara Maksimalkan Private Cloud
Simon Hwang, Presiden APAC Synology menyatakan saat memilih solusi backup menggunakan SaaS (cloud publik), pelaku bisnis harus mempertimbangkan RPO (recovery point objective), atau biasa diartikan interval waktu yang dibutuhkan bisnis untuk dapat ‘menerima’ kehilangan data. Para user memiliki kontrol penuh pada proses back-up mereka, baik untuk melakukan continuous back-up, manual back-up, maupun back-up terjadwal. Pengguna dapat memilih mana yang terbaik bagi mereka.
Simon Hwang juga mengatakan, pelaku bisnis juga perlu mempertimbangkan tingkat pemblokiran data yang terdeduplikasi, yakni teknik untuk menghapus data yang terduplikasi atau berulang. Selain itu, teknologi single instancing dapat mengatur agar lampiran e-mail atau kalender serta file yang identik dari cloud publik hanya disimpan satu kali di NAS. Kedua teknologi ini membantu pelaku bisnis untuk menggunakan storage mereka secara optimal.
Biaya total untuk piranti lunak pencadangan data, juga perangkat pencadangannya (seperti storage dengan server fisik maupun cloud storage) juga perlu diperhitungkan. Sebagian besar software back-up mengenakan biaya berdasarkan jumlah akun, sehingga berpotensi menambah beban biaya dalam jangka panjang. Beberapa solusi menawarkan biaya tetap yang rendah untuk sekali bayar, contohnya solusi Active Backup yang terbebas dari biaya-biaya lisensi ketika sudah berjalan.
Melakukan back-up data merupakan sesuatu yang harus dilakukan. Kendati teknologi baru hadir dengan resiko baru, namun teknologi baru juga membuat kita sadar bahwa ada berbagai solusi back-up yang dapat dipertimbangkan. Tidak ada alasan lagi untuk membahayakan data Anda.