Venteny Raih Pendapatan Sebesar Rp 39,6 Miliar di Kuartal I 2024
Foto: Venteny
Perusahaan teknologi yang menyediakan kombinasi growth funding bagi UMM dan employee benefits, Venteny, berhasil mencatatkan peningkatan pendapatan di kuartal pertama tahun 2024 sebesar Rp 39,6 miliar, atau meningkat hingga 22% dari periode yang sama di tahun sebelumnya.
Venteny menyampaikan kenaikan pendapatan tersebut pada laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan pada 26 April 2024. Dalam laporan tersebut, tercatat peningkatan laba komprehensif tahun berjalan sebesar Rp 5,6 miliar atau naik sebesar 66% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Jun Waide, Founder dan Group CEO Venteny mengungkapkan “Layanan B2B Financial Service masih menjadi penyumbang pendapatan terbesar yaitu Rp 25,1 miliar. Hal ini sejalan dengan fokus Perseroan untuk meningkatkan financial inclusivity pada UMKM khususnya yang ada di Indonesia.”
Venteny telah menyalurkan pendanaan produktif senilai Rp 1,5 triliun sepanjang tahun 2023 bagi pelaku bisnis dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam memenuhi kebutuhan finansial mereka. Hal ini turut memberi dampak positif pada laporan keuangan perusahaan di awal 2024.
Group CFO Venteny, Lie Kienata mengatakan bahwa teknologi yang dikembangkan oleh Venteny untuk mendigitalisasi sistem bisnis UMKM, menjadi salah satu faktor yang menjadi stimulus kinerja positif Venteny.
“Hal ini dapat terlihat dari peningkatan pesat dari pendapatan penjualan pengembangan produk teknologi informasi yang menyumbangkan Rp 7,6 miliar pada kuartal I-2024, tumbuh 117% dari periode yang sama di tahun sebelumnya,” tambah Lie Kienata.
Saat ini, Venteny telah menyalurkan pendanaan ke lebih dari 9.600 UMKM yang tersebar di seluruh Indonesia dan memiliki lebih dari 300.000 eksklusif member. Menurut Damar Raditya, COO Group Venteny, layanan B2B2E Venteny Employee Super App turut menyumbang pendapatan sebesar Rp 6,9 miliar di kuartal I-2024.
“Ke depannya, kami berkomitmen untuk terus menghadirkan solusi keuangan yang inovatif dan berkelanjutan untuk menjembatani financing gap serta menjawab tuntutan pasar yang terus berubah untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan untuk Indonesia yang lebih kuat,” tutup Jun Waide.