Tak diragukan lagi saat ini belanja online atau transaksi online bukan lagi sekedar hobi ataupun solusi mencari produk yang tak bisa ditemui di toko sekitar rumah. Belanja online sudah menjadi kebutuhan, menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Memang belanja online sangat cepat dilakukan, namun tak hanya itu daya tarik belanja online, alasan lain:
- Mudah
- Praktis
- Tak perlu keluar rumah
- Tak perlu uang cash
- Pilihan banyak (baik produk dan toko penjual)
- Harga sangat bersaing
- Barang dikirimkan ke rumah
Kemenkominfo memperkirakan pada tahun 2016 ini transaksi e-commerce dapat mencapai 25 miliar dolar. Generasi millenial sebagai digital native sudah mulai terbiasa dan merasa nyaman dengan pengelolaan keuangan secara virtual. Hal tersebut selain didukung oleh tingkat pendidikan yang semakin baik dan juga tersedianya banyak informasi yang semakin mudah diakses baik melalui online maupun offline.
Hal senada juga ditemukan oleh survey online yang dilakukan oleh Facebook serta dilaksanakan oleh Crowd DNA dalam pengawasan Facebook, terhadap 1,000 respondennya yang berusia antara 13 sampai 24 tahun. Sebanyak 73% dari mereka memiliki ketertarikan tinggi terhadap perkembangan teknologi, dan 75% dari mereka merasa mengetahui teknologi lebih baik daripada orang tua mereka.
Keterikatan generasi millenial akan teknologi terlihat dari 84% responden yang menyatakan mereka tidak bisa meninggalkan rumah tanpa membawa ponsel mereka dan rata-rata dari mereka memiliki/menggunakan minimal 5 buah gadget termasuk smartphone, tablet, dekstop, laptop, game console dan TV.
Menurut riset berbasis media sosial lembaga independen Provetic, lebih dari 30% dari 7,809 perbincangan mengenai transfer uang melalui social media mengatakan bahwa mereka merasa fasilitas ini sangat membantu mereka.
“Telah terjadi perubahan kebiasaan terutama di kalangan millenial dalam menggunakan media online sebagai alat bertransaksi. Semakin banyak dari mereka merasa kemudahan fasilitas bertransaksi melalui media online sangat membantu kegiatan mereka sehari-hari,” ujar Iwan Setyawan, CEO Provetic yang melakukan riset berbasis media sosial tentang perilaku generasi milenial dan karakter mereka dalam hal keuangan.
“Perkembangan e-commerce yang marak juga turut meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap keamanan dalam bertransaksi online. Terlebih halnya bagi generasi millennial yang merupakan digital native dan pangsa pasar terbesar bagi e-commerce, tingkat keamanan situs online dan mobile app sangatlah penting bagi mereka. Biasanya mereka akan membaca komentar dari para pengguna mobile app yang bersangkutan sebelum memutuskan untuk mengunduhnya. Sehingga tingkat keamanan dan kenyamanan pengguna merupakan faktor penting bagi sebuah e-commerce.” Evi Andarini Public Relations Manager Bukalapak.com
Melalui data yang didapat dari Bukalapak.com, transaksi melalui online banking memiliki penetrasi sebesar 36% dari total transaksi perbankan. Ini menunjukkan bahwa potensi masyarakat Indonesia untuk bertransaksi online sudah cukup kuat. Disisi lain, trend cashless transaction memiliki pertumbuhan yang cukup baik selama lima tahun ke belakang yaitu 23%. Kedua hal itu memberikan sinyal yang baik bagi yang ingin menjalankan bisnis online.
Dengan adanya alasan-alasan tersebut maka konsumen memang sangat dimanjakan, namun kelebihan dan daya tarik belanja online juga dimanfaatkan oleh orang yang tak bertanggung jawab. Mereka seolah-olah menjual barang-barang yang paling laku dengan harga yang sangat murah, bahkan lebih murah dari harga pasar. Bagi orang yang tahu, harga yang “too good to be true” ini wajib dicurigai bahkan justru harus segera ditinggalkan dan kalau perlu akun yang menjualnya (FB, Twitter, Instragram, dll) wajib diblok. Kenapa tidak boleh beli disitu? Karena:
- Bisa jadi mereka penipu yang hanya mengambil uang konsumen tanpa mengirimkan barang yang dibeli
- Bisa saja mereka mengirimkan barang yang rusak/curian/tidak sesuai spesifikasi
Bukannya curiga, di FB sudah banyak yang tertipu dengan akun yang menjual smartphone dan tablet Android dengan harga sangat murah. Biasanya mereka membuat daftar panjang barang yang dijual disertai harga yang sangat murah, misalnya iPhone 6s hanya dijual 3 jutaan dan Galaxy S6 hanya 4 jutaan. Mereka memberikan alasan bahwa barang tersebut murah karena tak kena pajak dan penjualnya biasanya beralamat di Batam. Mungkin tak semua dari mereka penipu namun menurut pengalaman penulis sendiri dan beberapa teman, kebanyakan dari mereka tak mengirimkan barang yang dipesan atau bahkan mengirimkan barang yang tak sesuai spesifikasi.
Nah oleh sebab itu ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar tak tertipu lagi saat belanja online, cobalah tips berikut ini.
1. Ketahuilah Informasi Produk dan Penjualnya
Via Webkul
Berhati-hati tak akan merugikan, justru malah bisa menghindarkan dari para penipu online langkah pertama yang harus diketahui adalah mengetahui informasi produk yang dijual serta penjualnya. Jika berbelanja di Bukalapak, Lazada.co.id, Blibli.com atau toko online yang menyediakan fitur C2C maka pasti ada rating penjual. Lihatlah rating penjual tersebut dan cek apakah banyak yang memberikan rating tinggi atau tidak. Lihat juga di bagian komentar produk yang hendak dijual, baca paling tidak 10 nomor paling atas dan lihat apakah komentarnya penuh dengan pujian atau caci-maki. Biasanya konsumen yang tak puas akan membeberkan kekecewaan mereka di bagian ini. Jika ada lebih banyak caci maki, maka segera tinggalkan penjual tersebut.
2. Jangan obral data pribadi
Jangan mudah memberikan informasi yang berkenaan dengan pribadi, keuangan dan alamat kepada siapapun, baik saat sedang online maupun tidak. Data yang diberikan, ditangan orang yang tak bertanggung jawab akan disalahgunakan dan yang bertanggung jawab adalah yang tertulis di data tersebut, yaitu Anda. Jika belum yakin akan membeli dan membayar, maka tahan dulu memberikan informasi pribadi, termasuk nama, alamat, no KTP, no Kartu kredit, dll.
3. Hati-hati dengan Phishing
Phishing adalah penipuan yang mentargetkan data-data konsumen. Biasanya mereka meminta data lewat email dan telepon. Mereka menelepon dengan mengatakan bahwa Anda memenangkan suatu hadiah tertentu dan untuk mengambilnya Anda harus mengirimkan atau memberikan data pribadi. Memberikan data pribadi saja sudah bahaya, belum lagi jika Anda harus mentransfer sejumlah uang. Phising juga bisa dilakukan dengan menggunakan alamat palsu, misalnya alamat www.klikbca.com dirubah menjadi www.clickbca.com (hanya contoh). Bahkan saat ini marak pengumuman undian berhadiah dari salah satu operator namun domain yang digunakan penipu bukan .com melainkan blogspot.com ataupun .cc.
4. Selalu Curiga Dengan Pembayaran yang Tak Lazim
Jika Anda diminta membayar produk yang dibeli ke beberapa rekening yang berbeda, maka lebih baik batalkan. Curiga juga jika pembayaran hanya bisa dilakukan tunai via pos. sekarang yang lazim digunakan selain kartu kredit adalah transfer ke rekening resmi perusahaan yang menjual, transfer ke RekBer, atau ke satu rekening atas nama penjual.
5. Gunakan Metode Pembayaran yang Aman dan Terpercaya
Terkait dengan nomor 4, maka saat membayar pastikan menggunakan metode yang aman dan terpercaya. Disarankan melakukan COD, jadi Anda bisa cek barang dulu baru bayar. Namun jika COD tak bisa maka metode pembayaran selain no 4 yang aman adalah Paypal. PayPay memberikan asuransi $1000 untuk setiap barang yang tidak diterima atau berbeda dari deskripsinya, khusus jika Anda membeli dari luar negeri.
Nah itulah beberapa cara menghindari penipuan saat berbelanja online. Yang pasti Anda harus selalu waspada dan cermat saat berbelanja.
Cara lain yang bisa dilakukan untuk membeli online minim resiko penipuan adalah dengan membeli produk-produk yang dijual oleh rekanan Pricebook. Silahkan browsing web Pricebook, di setiap item akan ada alamat penjual dan juga harga yang paling baik.